OPINI - Hari libur agama pun pada Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) ingin diatur untuk ditetapkan disepakati bersama oleh masing-masing agama.
Negara-negara bangsa dunia yang menjadi anggotanya menjadwalkan rencana kerja,
rencana sidang, dan lain sebagainya di markas PBB.
Sampailah pada hari-hari besar Islam yang sudah sekian tahun lamanya tak dapat memastikan kapan tanggal dan waktu hari libur agama Islam, Idul fitri, dan idul adha pada kalender Masehi.
Kemudian berkumpulah anggota negara-negara
yang mayoritas beragama islam untuk mengambil kesepakatan guna menentukan hari dan tanggal Idul Fitri, Idul Adha pada kalender Masehi.
Hampir semua perwakilan negara bicara, terjadi pula polemik perbedaan yang tajam.
Itu terlihat juga dari negara-negara mereka
yang ber-beda-beda waktu dan tanggalnya
dengan perbedaan perhitungan berdasar bermacam-macam cara. Sehingga beberapa kali pertemuan belum juga membuahkan hasil kesepakatan.
Dari hal itu pula, pada lembaga dunia, sebesar PBB dari berbagai negara, berbagai agama
ada saja kalangan yang mencibir pada Islam
sebagai negara miskin terbelakang dan bodoh.
Sehingga pandangan islam Liberal pun dimunculkan pula ketika itu, bahwa semua agama sama saja dan tak satupun agama yang mutlak benar yang mereka kaitkan dengan perbedaan-perbedaan terjadi pada penentuan tanggal dan waktu hari-hari agama Islam.
Kalimat “tak satupun agama yang mutlak benar.” Pernyataan itu yang ditentang umat islam sebab hal itu sangat bertentangan dengan aqidah “Bila tak yakin benar untuk apa beragama”.katanya.
Walau, pandangan itu telah masuk pula ke negara-negara pemeluk Muslim, termasuk Indonesia menamakannya dengan islam liberal.
Kalender Hijriah adalah sistem penanggalan yang digunakan umat islam di seluruh dunia
Berdasar siklus bulan yang bulan Hijriah dimulai pada penampakan hilal baru. Kalender Hijriah menjadi rujukan bagi hari-hari penting umat islam seperti awal puasa Ramadhan,
Idul Fitri, dan Idul Adha.
Baca juga:
Ilham Bintang: Ya Allah, Menteri Agama
|
Karena penentuan fase bulan pada tanggal yang berbeda-beda setiap tahunnya, bila dilihat penanggalan Masehi.
Ilmu falak, atau ilmu astronomi dalam konteks Islam memiliki sejarah yang panjang dan beragam. Pengembangan ilmu falak dimulai dari dunia Islam, dimulai sejak awal munculnya agama Islam pada abad ke-7 Masehi, diantaranya Abu Ma’sar al-Falaky, al-Battani (788-885 M) yang memperkenalkan ilmunya ke Eropa.
Kata ‘falak’ pluralnya ‘aflâk’ (dalam bahasa Arab) bermakna orbit atau edar benda-benda angkasa Ilmu falak menjadi penting bagi masyarakat Muslim karena menentukan waktu ibadah, seperti salat, puasa, ber haji juga untuk mengatur kalender Islam.
Subyek utama ilmu falak dalam Islam adalah Bulan dan Matahari. Fenomena alamiah dari dua benda angkasa itu menjadi wasilah kebolehan dan batas waktu ibadah seorang muslim seperti waktu shalat, puasa dan kiblat
diperkuat pula dengan berbagai nash al-Qur’an dan as-Sunnah.
Tahun 2022, sebuah pemikiran cerdas memunculkan Kalender Islam Global yang digagas oleh Muhamadiyah, sebuah organisasi sosial Islam terbesar yang banyak Universitasnya, yang banyak Ilmuawannya, dan telah memecahkan persoalan buntu di PBB yang dapat menyatukan muslim dunia menetapkan hari dan tanggal yang sama.
Letak perbedaan waktu, hanya menit, jam
Pada masing-masing wilayah dunia. Ketika menunaikan waktu-waktu pelaksanaan ibadahnya. Islam mengaturnya sesuai waktu dan syariatnya.
Dengan adanya Kalender Islam Dunia dan telah di pakai pula oleh Lembaga dunia PBB dan telah pula menetapkan tanggal 10 April 2024
Sebagai tanggal 1 Syawal 1445 Hijriah
Menandakan berakhirnya puasa Ramadhan tahun 2024.
Bandung, 10 Maret 2024
Dr. Eddy Syarif
Tukan Foto Keliling Kampung